Pages

13 April, 2013

Prasasti Ini Cikal Bakal Lahirnya Bahasa Indonesia

Seorang usai mengecat tembok di Museum Prasasti, Jakarta, Senin (8/10). Museum Prasasti merupakan peninggalan masa kolonial Belanda yang berisi prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas di Indonesia. TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO.CO, Temanggung-Prasasti Gondosuli, begitulah namanya. Meski tidak banyak orang berkunjung ke prasasti ini, namun prasasti ini punya kekhasan khusus. Menurut para ahli, prasasti ini dianggap salah satu tonggak perkembangan Bahasa Indonesia.

Prasasti ini terletak di Dusun Gondosali, Desa gondosali, Kecamatan Bulu, Temanggung. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Menurut Juru Kunci Prasasti, Arif Pujianto, prasasti ini ditemukan di sekitar Candi Gondosuli yang saat ini hanya tinggal reruntuhan.

Arif mengatakan, prasasti ini dikeluarkan oleh Dang Karayan Pu Palar, pangeran kerajaan yang juga adik ipar Raja Mataram, Rakai Garung.Prasasti ini berukuran 50 cmx117 cm dari bahan batu andest dan ditulis dengan aksara Jawa Kuno berangka tahun 792 masehi.

Tulisan dalam prasasti Gondosuli sangat sulit dibaca secara kasat mata. Namun prasasti ini tertulis 14 baris. Isi prasasti menyebutkan kekuasaan tokoh Dang Karayan Pu Palar. Selain itu, juga menggambarkan luasnya penyebaran bahasa Melayu pada masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.

Menurut Arif Pujianto prasasti ini pernah diteliti oleh peneliti dari Amerika. "Peneliti melakukan penelitian pada bahasa yang ditulis dalam prasasti ini. Bahasa dalam prasasti ini ternyata menggunakan bahasa Melayu Kuno,"paparnya.

Ia melanjutkan bahasa Melayu Kuno merupakan bahasa penghubung (lingua franca) bagi perdagangan internasional, khususnya di kawasan pesisir. Bahasa ini menurut strukturnya termasuk rumpun bahasa-bahasa Nusantara barat yakni bahasa Malagasi, Formosa di kepulauan Filipina, Jawa, Bali dan Sumatra.

"Dari hasil penelitian, prasasti ini dianggap sebagai salah satu tonggak perkembangan Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu di dalamnya menjadi bahasa penghubung," katanya.

Meski memiliki cerita sejarah tinggi, namun prasasti ini kurang diminati. "Tidak banyak yang berkunjung, sering sepi. Padahal tidak ada ongkos masuknya," katanya.

Berdasarkan pantaun Tempo, keadaan sekelilingnya pun juga terlihat tidak terawat. Puing-puing candi Gondosuli tampak berserakan dan tidak beraturan.

Arif menambahkan puing-puing candi pun banyak yang dicuri warga untuk membangun rumah. Namun, hingga saat ini pihaknya tidak bisa menemukan pelakunya. "Kami tidak bisa menuduh. Di sini banyak warga yang belum memahami benda cagar budaya," katanya.

Ia berharap pemerintah makin mempedulikan benda cagar budaya ini. Sebab, ia khawatir benda cagar budaya ini dapat dicuri lagi serta tidak banyak dilirik orang.

Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto menambahkan prasasti Gondosuli merupaklan peninggalan penting untuk belajar bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini cukup penting peranannya untuk menguak sejarak Mataram Kuno di daerah Temanggung dan sekitarnya.

"Di kompleks prasasti ini masih dimungkinkan untuk ditemukan benda-benda cagar budaya yang terpendam," ujar Siswanto.

Soal beberapa benda cagar budaya di lokasi prasasti yang dicuri, Siswanto pun pernah mendapatkan laporan. Hingga saat ini,pihaknya kesulitan untuk menemukan pelakunya.

"Kami berharap masyarakat makin peduli terhadap benda cagar budaya. Memang sekarang ini,kepedulian mereka masih minim," ucapnya.

OLIVIA LEWI PRAMESTI

Source: http://www.tempo.co/read/news/2013/04/13/061473106/Prasasti-Ini-Cikal-Bakal-Lahirnya-Bahasa-Indonesia

No comments: